Komunikasi Terapeutik UTS

Nama : Amalia Putri 
NIM : 1130023021





 KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM REHABILITASI REMAJA DEPRESI KORBAN PENGGUNAAN OBAT-OBATAN TERLARANG

            Komunikasi terapeutik adalah komunikasi dengan tujuan yang konkrit, yaitu tercapainya tujuan penyembuhan. Komunikasi terapeutik didasarkan pada rencana yang dirancang khusus untuk membantu, sedangkan Sedangkan komunikasi sosial dilakukan oleh siapa saja (audiens) dengan kepentingan yang sama. Dalam komunikasi terapeutik, terjadi pertukaran informasi yang tidak seimbang (Sarfika Riska et al., 2018). Komunikasi terapeutik juga merupakan keterampilan atau kemampuan seorang perawat (psikolog/psikiater) untuk membantu klien (remaja yang depresi akibat perpisahan orang tua) beradaptasi dengan stres, mengendalikan gangguan patologis dan belajar berhubungan dengan orang lain (Northhouse, 1998). Menurut Stuart GW (1998), komunikasi terapeutik adalah hubungan manusiawi antara caregiver dan klien dalam penyembuhan klien, dimana caregiver dan klien berbagi pengalaman belajar untuk meningkatkan pengalaman emosional klien.


           Pentingnya komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh orang tua pada remaja yang sedang menjalani rehabilitasi akibat penyalahgunaan obat-obat terlarang tidak dapat diabaikan. Komunikasi memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan yang mempertegas isi dan memberikan ilustrasi serta informasi kepada orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi persuasif memiliki tujuan utama untuk memperkuat atau mengubah perilaku dan sikap individu. Oleh karena itu, penggunaan opini, fakta, dan daya tarik motivasi digunakan untuk memperkuat tujuan pesan yang disampaikan. Komunikasi terapeutik memiliki hubungan erat dengan perubahan sikap, dimana melalui interaksi yang efektif dan empatik, orang tua dapat membantu remaja dalam mengubah sikap negatif terhadap penyalahgunaan obat-obat terlarang menjadi sikap yang lebih positif dan mendukung proses rehabilitasi. Komunikasi terapeutik bertujuan mempengaruhi orang untuk mengubah sikap dan kebiasaan buruk. Dengan adanya komunikasi terapeutik, konsistensi sikap individu dipengaruhi sedemikian rupa sehingga membuka kemungkinan perubahan sikap yang diinginkan. Tentu tidak semua orang tua menginginkan keluarga yang ricuh dan sumbang, apalagi ketika melihat anaknya melakukan kejahatan narkoba. Namun, masalah keluarga yang muncul seringkali tidak terkendali dan mempengaruhi kaum muda. Ada banyak cara orang tua mengendalikan adiksi remaja (withdrawal). Saya mulai menemui psikiater, mencoba membuat kondisi nyaman dengan komunikasi terapeutik ini, bahkan mendekati mereka. (Prasetya, 2018).


Tingkat Proses Komunikasi Terapeutik

1. Komunikasi lisan adalah melalui bahasa lisan atau tulisan, dan komunikasi lisan hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan komunikasi. Sangat penting untuk memverifikasi makna komunikasi verbal antara perawat dan pasien.

2. Komunikasi nonverbal melibatkan panca indera, termasuk segala sesuatu selain bahasa tertulis dan lisan. Ada lima kategori komunikasi nonverbal, yaitu:

A. Sinyal suara: Suara dan suara paralinguistik atau supralinguistik.

b. Gerakan isyarat: Semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan postur tubuh.

c. Isyarat objek: Objek, seperti pakaian dan barang pribadi lainnya, yang digunakan seseorang, dengan sengaja atau tidak.

d. Ruang: Jarak fisik antara dua orang.


https://jurnal.umb.ac.id/index.php/jsikom/article/view/6402/3900

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume MATERI 1-3 (PKKMB PRODI)

Resume peran mahasiswa dalam kepedulian lingkungan

Resume Generasi Aswaja Nahdlatul Aliyah